Rabu, 27 Maret 2013

Betul vs Benar

Kebanyakan kita (para wartawan dan pemakai bahasa Indonesia) pada umumnya menganggap BETUL itu sama persis dengan BENAR. Jakalau saya berkata bahwa kedua kata itu tidak sama pastilah orang tidak setuju. Apalagi kalau saya berkata bahwa kedua kata itu tidak bersinonim maka orang yang lain akan protes keras.

Orang yang BENAR itu biasanya adalah orang yang melakukan perbuatan baik, jujur dalam ucapan dan perbuatan menurut hukum negara dan hukum Tuhan. Tetapi, orang yang BETUL itu sampai sekarang belum pernah saya dengar.

Dua kata yang berlainan bunyinya disebut sama jikalau kata-kata itu tidak mengubah makna sebuah kalimat meskipun dipakai secara bergantian. Makna katanya pun tidak akan berubah meskipun kata-kata itu mendapat imbuhan.

Ahli bahasa Indonesia dari Unversitas Padjadjaran Bandung, Prof Yus Badudu, berkata (saya lupa kapan dan di mana, tetapi saya kira di dalam buku "Inilah Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar" bahwa dalam bahasa Indonesia tidak ada kata yang sama persis maknanya. Karena itu, paling-paling "bersinonim" dengan kata yang lain. Maksudnya, memiliki kemiripan makna.

Menurut hemat saya, sebuah lema dalam bahasa Indonesia pada umumnya akan berubah maknanya jikalau mendapat imbuhan (awalan atau akhiran). Kosa-kata bahasa Indonesia setakat ini memang belumlah banyak dibanding dengan bahasa Jawa apalagi bahasa Arab atau Inggris. Tetapi sistem "imbuhan" justru telah memperbanyak pengertian sebuah kata dasar.

Adakah sistem ini dalam bahasa yang asing? Mungkin Kang Tendy atau anggota milis guyubbahasa yang lain bisa menjawab, lantaran pengetahuan saya tidak luas dalam perkara nahu atau tata bahasa.

Teman saya seorang Korea Selatan, Yong Kim namanya. Dia dosen bahasa Ingrris di Universitas Kristen Kupang NTT. Hampir saban hari dia datang pada saya dan mengatakan terus-terang bahwa tata bahasa Indonesia sulit sekali dimengerti jika sampai pada kasus "kata berimbuhan".

Dari kata dasar BETUL akan turun kata MEMBETULKAN dan KEBETULAN, dan dari kata dasar BENAR akan turun pula kata MEMBENARKAN dan KEBENARAN. Dua kata berimbuhan ini mirip, tetapi jika ditilik lebih cermat akan tampak sekali perbedaan maknanya.

Kita dapat MEMBETULKAN radio yang rusak tetapi tidak mungkin kita MEMBENARKAN sepeda motor yang rusak. Dalam kasus ini, MEMBETULKAN berarti memperbaiki supaya baik kembali seperti semula, tetapi MEMBENARKAN artinya membuat supaya benar, atau mengakui bahwa sesuatu itu benar atau dibenarkan.

Setakat ini, KEBENARAN dan KEBETULAN dipakai dalam percakapan secara serampangan atau mana suka sebab orang menganggap dua kata itu sama saja artinya. "Wah, gua cari-cari lu dari kemaren...KEBENARAN, lu muncul!" Yang dimaksud dengan KEBENARAN dalam kalimat dialek Jakarta itu sebenarnya adalah KEBETULAN, yang berarti tidak disangka-sangka.

Ya, kita dapat mengatakan sesuatu dengan seBENAR-BENARnya tetapi kita tidak lazim mengatakan dengan seBETUL-BETULnya.

Saya dibuat menjadi bingung ketika membaca berita yang disiarkan Kantor Berita Antara:

Grobogan, 3/5 (ANTARA) - Rumah Nyonya Wahyuni di Kelurahan Kuripan Kecamatan Purwodadi Jawa Tengah diobrak-abrik kawanan pencuri Rabu malam dan menyebabkan korban kehilangan 60 gram emas senilai Rp20 juta.

Kapolres Grobogan, AKBP Juhartana, MEMBENARKAN kejadian itu dan polisi sedang melacak dan mengejar pelakunya.***

MEMBENARKAN kejadian itu artinya mengakui bahwa peristiwa pencurian di rumah Nyonya Wahyuni adalah benar atau dibenarkan, atau tidak salah. Padahal, pencurian di mana pun di dunia ini selalu adalah perbuatan yang salah menurut hukum pidana dan hukum Taurat.

Kalau peristiwa pencurian itu dianggap benar saja, menurut AKBP Juhartana, mengapa pula polisi harus melacak dan mengejar pelakunya? Dengan perkataan lain, jikalau peristiwa pencurian itu benar atau dibenarkan polisi, maka kawanan pencuri itu harus pula diakui sebagai orang yang benar. Betul to?

Tidak ada komentar: