Saat
menonton tayangan Fear Factor, kita kadang ngeri melihat orang-orang
disuruh makan ulat, kecoa, dan makanan ekstrem lain. Sesungguhnya,
di negeri ini ada warga yang terbiasa menyantap makanan yang bisa
dikategorikan ekstrem.
BAGI
sebagian besar orang, Sulawesi Utara sering diidentikkan dengan 3B
(Bubur Manado, Boulevard, dan Bunaken). Tapi, Sulut juga kaya budaya
dan keindahan alam.
Bahkan, kalau
mau mencoba yang tidak biasa, salah satu daerah di Sulut juga
menawarkan wisata ekstrem. Tapi, jangan bandingkan wisata ekstrem di
sana dengan arung jeram, bungee jumping, atau panjat tebing. Yang
ektrem di sana justru pasar, tepatnya Pasar Hewan Tomohon, dan wisata
kuliner.
Penasaran? Jika tidak
sedang macet, Tomohon bisa dicapai dalam 30-40 menit dari Manado.
Jalannya yang menanjak dan berkelok-kelok menawarkan sensasi
petualangan. Dalam perjalanan ke Tomohon itu, kita bisa melihat Teluk
Manado dari ketinggian. Sungguh elok.
Kelelawar?
Itu memang keunikan Pasar Tomohon. Yang dijual di sana adalah daging
hewan yang, di sebagian besar masyarakat di negeri ini, tidak biasa
dikonsumsi. Kelelawar, di sana disebut paniki, hanya salah satunya.
Di Pasar Tomohon juga dijual daging ular piton, anjing (biasa disebut
RW), babi, bahkan kera. Wow!Ngeri? Sebetulnya, ada dua pasar yang
tiap hari menjual daging hewan tak biasa itu di Sulut. Yakni, Pasar
Beriman Tomohon dan Pasar Langowan. Namun, yang sering dikunjungi
wisatawan memang Pasar Beriman Tomohon.
Di
sana, daging binatang-binatang tersebut biasa disajikan sebagai menu
utama saat ada hajatan. Misalnya, perayaan ulang tahun, pernikahan,
atau syukuran rumah baru. Pemerintah Kota (Pemkot) Tomohon pun selalu
menghidangkan masakan ekstrem itu tiap menggelar hajatan. Wali Kota
Tomohon Jefferson Soleman Montesque Rumajar memang doyan masakan
tersebut.
Memasaknya? Paniki, tikus,
dan ular piton biasa dimasak dengan santan. Sedangkan RW umumnya
dimasak pedas. ''Biasanya, seekor anjing membutuhkan satu liter rica
(cabe merah, Red). Rasanya akan tambah strong jika disiram satu sloki
cap tikus,'' tutur Artur Rotinsulu, warga Tomohon yang mengaku
menyiapkan anggaran khusus untuk menghidangkan menu-menu ekstrem
tersebut. Cap tikus yang dia sebut itu adalah minuman keras khas
Manado yang terbuat dari aren.
Khusus
daging babi, banyak pilihan cara memasak. Misalnya, dibakar (satey
ragey), dimasak di bambu (tinorangsak, pangi), atau dimasak loba
(dengan kecap manis dan gula aren). Bahkan, seekor babi kadang
dipanggang sekaligus (babi guling) dengan ditaburi mentega dan
perutnya diisi sayuran.Daging kelelawar, tikus, RW, dan ular piton
harus dibakar dulu sebelum dimasak. Membakarnya juga sampai gosong
untuk memastikan daging benar-benar masak. Setelah itu, baru daging
tersebut dipotong-potong untuk dimasak. "Kalau daging kelelawar harus
direbus lagi sekitar dua jam," terang Vera Ruus, salah seorang tukang
masak asal Kelurahan Kakaskasen.
Tentu
pengunjung yang ingin mencicipi menu ekstrem tersebut tidak perlu
beli daging di Pasar Tomohon, lalu memasaknya sendiri. Di Tomohon,
Manado, dan daerah lain di Sulawesi Utara ada rumah makan yang
menjual menu ekstrem itu. Sebut, misalnya, RM Megfra, Heng-Mien,
Tinoor Jaya, Nathan, Pemandangan, Imanuel Ragey, dan Kawangkoan
Ragey.
Rumah makan yang menyajikan
menu ektrem tersebut umumnya berdiri di sepanjang jalan
Manado-Tomohon. Wisatawan bisa mencicipinya sambil menikmati
pemandangan Kota Manado dari ketinggian.Yang ingin mencicipi menu
tersebut disarankan mampir ke rumah makan sebelum melanjutkan
perjalanan ke Kota Tomohon. Sebab, jika telanjur melihat daging
hewan-hewan itu di pasar, dikhawatirkan wisatawan jadi ngeri
memakannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar